Selasa, 10 Juni 2014

SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG KONSEP TUHAN



SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG KONSEP TUHAN



Oleh :
Abdulrohman wakhid
NPM: 13.121.031

BIMBINGAN DAN KONSELING
IKIP PGRI MADIUN
2013
 


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah,Tuhan yang menciptakan segala sesuatu yang ada  di ada di langit dan bumi,Tuhan yang memberikan kemudahan kepada setiap umat untuk menuntut ilmu yang di milikiNYA,sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang sejarah pemikiran manusia tentang konsep Tuhan.Sehingga para pelajar muslim bisa memahami dengan benar bagaimana konsep KeTuhanan itu sendiri.
Harapan penulis dalam pembuatan makalah ini agar pembaca dalam memahami dalam hati tentang sejarah pemikiran manusia tentang konsep Tuhan yang di ajarkan dalam islam karena penulis dalam makalah ini menjelaskan tentang KeEsaan Tuhan yang Maha Pencipta.
Namun kami menyadari akan banyaknya kesalahan dalam pembuatan makalah ini ,oleh karena itu kami masih mengharapkan dan akan menerima kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan pembuatan makalah ini sehingga ke depannya makalah ini bisa lebih bermanfaat dan menjadi makalah yang lebih baik dari sebelumnya. 
                                                                                                 
                                                                                               Madiun,    Oktober 2013


                                                                                                            Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN

      A. Latar Belakang
Banyak masyarakat sekarang yang mengaku dirinya muslim namun tidak pernah menjalankan perintah dari Yang menciptakanNya.Hal ini menyebabkan kekeliruan dalam konsep KeTuhanan dari masing-masing umat.Banyaknya Anggapan tentang adanya Tuhan selain Allah terkadang memberikan berbagai pemahaman yang berbeda .Namun dengan adanya makalah tentang sejarah pemikiran manusia tentang konsep tuhan, semoga kedepan kita bisa mampu berpikir bahwa Tuhan kita hanya Satu dan tidak ada satupun yang menyamaiNya.
          B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas masalah sejarah pemikiran manusia tentang konsep tuhan sebagai judul makalah ini. Adapun masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
a.       Siapakah tuhan itu ?
b.      Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang konsep tuhan ?

          C.    Tujuan pembahasan

Dalam pembahasan judul sejarah pemikiran manusia tentang konsep tuhan. penulis mempunyai tujuan tertentu antara lain :
a.       Untuk memahami tentang tuhan.
b.      Untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang konsep tuhan.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Siapakah Tuhan itu
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku.”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
B.     Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1.      Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:

a.       Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b.      Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
c.       Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.

d.      Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
e.       Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27).
2.      Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:
 Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
 Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
 Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Siapa Tuhan itu
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.islam mengajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Yang artinya tiada tuhan selain Allah, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
2.      Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
a.       Pemikiran barat
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan/ilah menurut teori evalusionisme ialah.
a
). Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang berpengaruh dalam kehidupan manusia,kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan hati yang ditujukan pada benda-benda yang dianggap keramat.
b
). Animisme
Mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia, roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
c
). Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai tuhan,sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
d
). Henotisme
Dari banyak dewa, manusia (orang yang meyakini) menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebiah, kemudian mereka anggap sebagaituhan.
e
). Monoteisme
Paham ini menyatakan satu tuhan untuk seluruh rakyat.
b.      Pemikiran umat islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam.
Mu’tazilah merupakan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam.
Qodariah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat
Jabariah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat
Asy’ariyah dan Maturidiyah Pendapatnya berada di antara pendapat Jabariyah dan Qadariyah
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan agar kita meyakini kalau tuhan itu ada, kita sebagai umat islam harus meyakini kalau Allah SWT itu esa (satu/tunggal) tidak beranak dan tidak diperanakkan dan bersifat baqa’. Sehingga kita sebagai umat islam wajib mengimaniNYA.


C.    Penutup
Syukur, Alhmdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, taufik serta Hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun masih jauh dari sempurna.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha dengan sekuat tenaga agar makalah ini merupakan karya ilmiah yang bermutu, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan penulis, makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dari semua pihak agar makalah ini dapat mencapai kesempurnaan.
Dengan demikian, sebagai penutup dari makalah ini teriring harapan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya dan hanya kepada-Nyalah penulis mengharapkan ridho, kesejahtraan, kesehatan. Amin.
 

1 komentar: