SEJARAH
PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG KONSEP TUHAN
Oleh
:
Abdulrohman
wakhid
NPM:
13.121.031
BIMBINGAN
DAN KONSELING
IKIP
PGRI MADIUN
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah,Tuhan yang
menciptakan segala sesuatu yang ada di ada di langit dan bumi,Tuhan yang
memberikan kemudahan kepada setiap umat untuk menuntut ilmu yang di
milikiNYA,sehingga penulis bisa menyelesaikan sebuah makalah tentang sejarah
pemikiran manusia tentang konsep Tuhan.Sehingga para pelajar muslim bisa memahami
dengan benar bagaimana konsep KeTuhanan itu sendiri.
Harapan penulis dalam pembuatan
makalah ini agar pembaca dalam memahami dalam hati tentang sejarah pemikiran
manusia tentang
konsep Tuhan yang di ajarkan dalam islam karena penulis dalam makalah ini
menjelaskan tentang KeEsaan Tuhan yang Maha Pencipta.
Namun kami menyadari akan banyaknya
kesalahan dalam pembuatan makalah ini ,oleh karena itu kami masih mengharapkan
dan akan menerima kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan pembuatan
makalah ini sehingga ke depannya makalah ini bisa lebih bermanfaat dan menjadi
makalah yang lebih baik dari sebelumnya.
Madiun, Oktober 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak masyarakat sekarang yang
mengaku dirinya muslim namun tidak pernah menjalankan perintah dari Yang
menciptakanNya.Hal ini menyebabkan kekeliruan dalam konsep KeTuhanan dari
masing-masing umat.Banyaknya Anggapan tentang adanya Tuhan selain Allah
terkadang memberikan berbagai pemahaman yang berbeda .Namun dengan adanya
makalah tentang sejarah
pemikiran manusia tentang konsep tuhan, semoga kedepan kita bisa mampu berpikir bahwa Tuhan kita
hanya Satu dan tidak ada satupun yang menyamaiNya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis
tertarik untuk membahas masalah sejarah pemikiran manusia tentang konsep tuhan
sebagai judul makalah ini. Adapun masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
a.
Siapakah tuhan itu ?
b.
Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang konsep tuhan ?
C.
Tujuan pembahasan
Dalam pembahasan judul sejarah pemikiran manusia
tentang konsep tuhan. penulis mempunyai
tujuan tertentu antara lain :
a.
Untuk memahami tentang tuhan.
b.
Untuk mengetahui sejarah
pemikiran manusia tentang konsep tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Siapakah Tuhan itu
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk
menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya….?”
Dalam QS 28 (Al-Qashash):38, perkataan ilah
dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
“Dan Fir’aun berkata: Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui
tuhan bagimu selain aku.”
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai
benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun
atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah
dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol
atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika
Al-Quran sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu
yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.Perkataan
dipentingkan
hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan,
dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk
kepada-Nya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan
bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari
padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadanya (M.Imaduddin, 1989:56)
Atas dasar definisi ini, Tuhan itu bisa berbentuk apa
saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak
mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada
sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan
(utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la ilaaha illa
Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada
Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu
berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan
terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu
Allah.
B. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1. Pemikiran Barat
Yang
dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan
meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max
Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock dan
Javens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme
adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah
mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu
yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh
negatif. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda,
seperti mana (Melanesia),
tuah
(Melayu), dan syakti
(India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera
dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius.
Meskipun nama tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
b. Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh
dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh
masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun
bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu
hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh
tersebut, manusia harus menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai
dengan saran dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan.
Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan
kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang bertanggung jawab
terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain
sebagainya.
d. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap
kaum cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi,
karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan
manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya
mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui
Tuhan (Ilah) bangsa
lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan
Tingkat Nasional).
e. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi
monoteisme. Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan
terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.
Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan
sebagaimana dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh
Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif.
Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama
monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada
wujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak
mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka
berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya
sarjana-sarjana agama terutama di Eropa Barat mulai menantang evolusionisme dan
memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa
ide tentang Tuhan tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau
wahyu. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam
kepercayaan yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam
penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat
primitif adalah monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu
Tuhan (Zaglul Yusuf, 1993:26-27).
2. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid,
Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya
Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal,
tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya
aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami
Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual sehingga lahir aliran yang
bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain memahami dengan
pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat
antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai
sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:
Mu’tazilah
yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim,
serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan
keimanan dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan
tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika
Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari
paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun
dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan
kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij.
Qodariah yang
berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat.
Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu
yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.
Jabariah yang merupakan pecahan dari
Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia
ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
Asy’ariyah dan
Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah
dan Jabariah. Semua aliran itu
mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat islam periode masa
lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan dengan
ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran mana saja
diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak
menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan
al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.
Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan
ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Siapa Tuhan itu
Tuhan (ilah) ialah sesuatu
yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia.
Yang pasti, manusia tidak mungkin ateis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan.islam mengajarkan kalimat “la ilaaha illa Allah”. Yang artinya tiada tuhan selain Allah, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah.
2.
Sejarah
Pemikiran Manusia Tentang Tuhan
a.
Pemikiran
barat
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang tuhan/ilah menurut
teori evalusionisme ialah.
a). Dinamisme
a). Dinamisme
Paham ini mengaku adanya kekuatan (maging power) yang
berpengaruh dalam kehidupan manusia,kekuatan ini terbentuk dalam kepercayaan
hati yang ditujukan pada benda-benda yang dianggap keramat.
b). Animisme
b). Animisme
Mempercayai adanya peranan roh dalam kehidupan manusia,
roh dianggap selalu aktif walaupun sudah mati. Paham ini membagi roh atas dua
yaitu roh baik dan roh jahat (nakal).
c). Politeisme
c). Politeisme
Paham ini mempercayai dan menganggap banyak dewa sebagai
tuhan,sehingga dewa tersebut dipuja dan disembah oleh manusia.
d). Henotisme
d). Henotisme
Dari banyak dewa, manusia (orang yang meyakini)
menyeleksi satu dewa yang dianggap mempunyai kekuatan lebiah, kemudian mereka
anggap sebagaituhan.
e). Monoteisme
e). Monoteisme
Paham ini menyatakan satu tuhan untuk seluruh rakyat.
b.
Pemikiran
umat islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid,
Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam. Ketiga corak pemikiran
ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam.
Mu’tazilah merupakan pemakaian akal pikiran
dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam.
Qodariah berpendapat
bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat
Jabariah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak
dan berbuat
Asy’ariyah
dan Maturidiyah Pendapatnya berada di antara
pendapat Jabariyah dan Qadariyah
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis
menyarankan agar kita meyakini kalau tuhan itu ada, kita sebagai umat islam harus
meyakini kalau Allah SWT itu esa (satu/tunggal) tidak beranak dan tidak
diperanakkan dan bersifat baqa’. Sehingga kita sebagai umat islam wajib
mengimaniNYA.
C. Penutup
Syukur, Alhmdulillah penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, taufik
serta Hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun masih jauh
dari sempurna.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis berusaha
dengan sekuat tenaga agar makalah ini
merupakan karya ilmiah yang bermutu, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan
penulis, makalah
ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca dari semua pihak agar makalah
ini dapat mencapai kesempurnaan.
Dengan demikian, sebagai penutup
dari makalah ini teriring harapan
semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya dan hanya kepada-Nyalah
penulis mengharapkan ridho, kesejahtraan, kesehatan. Amin.
sangat membantu. terima kasih
BalasHapus